MAKALAH FISIOLOGI HEWAN
“SISTEM SARAF”
Disusun Oleh :
Kelompok : IX
1.
Ratmiati ( ACD 112 032 )
2.
Susi Lawati ( ACD 112 033 )
3.
Tedja Hariska ( ACD 112 0 )
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA
RAYA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
Rahmat-Nyalah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Fisiologi “Sistem
Saraf” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca atau ibu bapak dosen untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Palangka Raya, Februari
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3.
Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian dan Fungsi Sistem Saraf .......................................................................... 3
2.2.
Sistem Saraf pada Hewan ( Vertebrata dan Avertebrata )......................................... 7
2.3.
Sel Saraf yang Terdapat Dalam Tubuh ..................................................................... 11
2.4.
Pengertian Implus Saraf ............................................................................................ 14
2.5.
Mekanisme dari Implus Saraf..................................................................................... 15
2.6. Pengertian dan Fungsi dari Sinapsis........................................................................... 19
2.7. Jenis dan Peran Neuron Sinapsis ............................................................................... 20
2.8.
Pengertian dari Neurontrasmitter dan Macam-Macam Neurontransmitter beserta
Fungsinya 21
BAB
III. PENUTUP
3.1.
Kesimpulan................................................................................................................. 28
3.2.
Saran........................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem saraf adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang
kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem
saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah
berasal sagala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan
gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon
terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang
puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh.
Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan.
Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik,
diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar
hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem saraf.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan fungsi sistem saraf ?
1.2.2 Bagaimana Sistem Saraf Pada Hewan Vertebrata dan Avertebrata ?
1.2.3 Apa saja sel saraf yang
terdapat dalam tubuh ?
1.2.4 Apa pengertian implus saraf ?
1.2.5 Bagaimana mekanisme dari
implus saraf ?
1.2.6 Apa pengertian dan fungsi dari
sinapsis ?
1.2.7
Bagaimana Jenis dan Peran
Neuron sinapsis ?
1.2.8
Apa pengertian Neurotransmitter dan macam-macam Neurotransmitter beserta
Fungsinya ?
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan
maklah ini yaitu, untuk mengetahui:
1.3.1
Pengertian dan fungsi sistem saraf
1.3.2
Sistem Saraf Pada
Hewan Vertebrata dan Avertebrata
1.3.3
Sel saraf yang terdapat dalam tubuh
1.3.4
Pengertian Implus Saraf
1.3.5
Mekanisme dari implus saraf
1.3.6
Pengertian dan fungsi dari sinapsis
1.3.7
Jenis dan Peran Neuron
sinapsis
1.3.8
Pengertian Neurotransmitter dan macam-macam Neurotransmitter beserta
Fungsinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan fungsi sistem
saraf
Sistem
saraf adalah
sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel
saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi,
aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan
jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf
(neuron) yang saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan
ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel glia.
Pada tingkatan paling sederhana, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari 1 sel ke
sel lain, atau dari 1 bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Sistem saraf rawan
terhadap malfungsi dalam berbagai cara, sebagai hasil cacat genetik, kerusakan
fisik akibat trauma atau racun, infeksi, atau sederhananya penuaan. Kekhususan
penelitian medis di bidang neurologi mempelajari penyebab malfungsi sistem saraf, dan mencari
intervensi yang dapat mencegahnya atau memperbaikinya. Dalam sistem saraf
perifer/tepi (SST), masalah yang paling sering terjadi adalah kegagalan
konduksi saraf, yang mana dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab
termasuk neuropati diabetik dan kelainan demyelinasi seperti sklerosis ganda dan sklerosis lateral amiotrofik.
Susunan Sistem
Saraf Manusia
Di
dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf.
Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
A. Sistem saraf pusat
1) Otak
Otak
merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di rongga
tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges.
Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam adalah piamater dan yang
tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut terdapat cairan
serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan atau goncangan.
Peradangan yang terjadi pada selaput ini dinamakan meningitis. Penyebabnya bisa
karena infeksi virus. Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan sumsum lanjutan.
a) Otak besar (cerebrum)
Otak
besar memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan.
Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani
tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna
kelabu disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna
putih berisi serabut-serabut saraf (neurit/akson). Otak besar berfungsi sebagai pusat
kegiatan-kegiatan yang disadari seperti berpikir, mengingat,
berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.
b) Otak Kecil
(Cerebellum)
Otak
kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti
otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri otak
kecil dihubungkan olehjembatan Varol. Terbagi menjadi dua lapis
sama seperti otak besar yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam
berwarna putih. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi
kerja otot-otot ketika kita bergerak.
c) Sumsum lanjutan
Sumsum
lanjutan (medula Oblongata) terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam yang
berwarna kelabu karena banyak mengandung badan sel-sel saraf dan lapisan luar
berwarna putih karena berisi neurit (akson). Sumsum lanjutan berfungsi sebagai
pusat pengendali pernapasan, menyempitkan pembuluh darah, mengatur denyut
jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak disadari.
2). Sumsum tulang
belakang (medulla spinalis)
Sumsum tulang belakang
terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang
leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus
oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang
bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak mengandung
akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna
kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf.
Sumsum tulang belakang
berfungsi untuk:
a) menghantarkan impuls
dari dan ke otak,
b) memberi kemungkinan
jalan terpendek gerak refleks.
B. Sistem saraf tepi
1) Sistem saraf somatis
Sistem
saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar Proses yang dipengaruhi
saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak
menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika
kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak.
Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk
berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
Sistem saraf somatis
terdiri atas :
a. Saraf otak
(saraf cranial), saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari
otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini
berjumlah 12 pasang.
b. Saraf sumsum
tulang belakang (saraf spinal), saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31
pasang . Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari
reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat
ke semua otot rangka tubuh.
2) Sistem saraf autonom
(tak sadar)
Sistem
saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak
dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan
kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan
alat-alat reproduksi.
Menurut fungsinya, saraf
autonom terdiri atas dua macam yaitu:
a. Sistem saraf simpatik
b. Sistem saraf
parasimpatik
Sistem
saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja
secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau
kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda.
Fungsi dari sistem saraf
simpatik adalah sebagai berikut :
• Mempercepat denyut
jantung.
• Memperlebar pembuluh
darah.
• Memperlebar bronkus.
• Mempertinggi tekanan
darah
• Memperlambat gerak
peristaltis.
• Memperlebar pupil.
• Menghambat sekresi
empedu.
• Menurunkan sekresi
ludah.
• Meningkatkan sekresi
adrenalin.
Sistem
saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan
fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi
mempercepat denyut jantung, sedangkan pada system saraf parasimpatik akan
memperlambat denyut jantung.
2.2 Sistem Saraf Pada Hewan (Vertebrata dan
Avertebrata)
2.2.1 Sistem Saraf pada Vertebrata
a.
Mamalia
b. Burung
Otak besar
sebagai bagian utama dan otak depan terbagi menjadi belahan kanan dan belahan
kiri.Permukaannya tidak berlipat-lipat sehingga tidak menampung lebih banyak
sel-sel saraf seperti pada otak besar manusia.
Otak tengah
burung sebagai pusat saraf penglihat berkembang baik dengan membentuk gelembung
sehingga indra penglihat burung berkembang dengan baik. Di permukaan otak kecil
terdapat lipatan-lipatan yang mampu menampung sel-sel saraf lebih banyak. Sel
saràf yang makin banyak pada otak kecil menunjukkan pusat keseimbangan burung
ketika terbang berkembang dengan baik.
c. Reptilia
Perkembangan
otak tengah reptilia terdesak oleh otak besar. Otak tengah menjadi kurang
berkembang dengan baik sehingga menyebabkan indra penglihat reptilia kurang
tajam.
Salah satu
contoh hewan amfibi adalah katak. Sistem saraf katak tersusun atas sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Hewan tersebut memiliki otak depan, otak tengah,
otak belakang, dan sumsum lanjutan yang membentuk suatu sistem saraf pusat,
sedangkan serabut-serabut saraf yang berasal dan sela-sela ruas tulang belakang
membentuk suatu sistem saraf tepi. Otak besar berkembang memanjang sehingga
berbentuk oval.
Ujung depan
otak besar berhubungan dengan indra pencium. Otak tengah berkembang cukup baik
dan berhubungan dengan indra penglihat (lobus optikus). Otak kecil
berbentuk lengkung mendatar menuju ke arah sumsum lanjutan dan kurang
berkembang dengan baik.
e. Ikan
Sistem saraf
ikan terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak ikan terdiri atas otak
depan, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan. Sistem saraf tepi térdiri
atas serabut saraf otak dan serabut saraf dari sumsum tulang belakang. Otak
depan berhubungan dengan saraf pencium dan hidung, sedangkan otak tengah
berhubungan dengan saraf penglihat.
2.2.2 Sistem Saraf pada Avertebrata
a. Cacing
Cacing tanah
memiliki sistem saraf yang terdiri atas ganglion kepala, ganglion bawah
kerongkongan, dan ganglion ruas badan. Ganglion kepala merupakan kumpulan badan
sel saraf, terletak di ujung depan tubuh pada ruas ketiga. Ganglion
kerongkongan dan ganglion ruas badan terletak di bawah saluran pencernaan.
Di antara
ganglion kepala dan ganglion bawah kerongkongan terdapat dua buah saraf
penghubung. Di antara ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas badan
terdapat satu buah saraf penghubung.
Selanjutnya,
pada tiap-tiap ruas tubuh terdapat ganglion yang membentuk cabang-cabang halus.
Sistem saraf pada ruas tubuh dengan percabangannya berfungsi mengatur gerakan
tubuh cacing tanah.
b. Serangga
Ganglion
kepala merupakan dua buah ganglion terbesar yang terletak di bagian kepala
sebelah atas. Di dalam ganglion kepala ini terdapat saraf penglihatan dan mata
dan saraf peraba dan antena. Ganglion bawah kerongkongan berhubungan dengan
ganglion kepala melalui dua buah serabut saraf yang masing-masing terdapat di
sebelah kanan dan sebelah kiri kerongkongan. Ganglion bawah kerongkongan
dihubungkan dengan ganglion ruas badan oleh dua buah serabut saraf.
Demikian
juga, antara ganglion ruas badan yang satu dan ganglion ruas badan yang lain
dihubungkan oleh dua buah serabut saraf. Tiap-tiap ganglion ruas badan
membentuk cabang-cabang serabut saraf yang masing-masing bercabang lagi hingga
ke bagian bawah tubuh yang berdekatan. Dengan demikian, pada semua bagian tubuh
terdapat ujung-ujung saraf.
c. Ubur-Ubur dan Hydra sp.
Sel-sel
saraf motorik berakhir pada serabut otot, sedangkan sel saraf sensorik berakhir
pada permukaan tubuh. Hubungan sel-sel saraf dan otot memungkinkan hewan
tersebut memberikan reaksi terhadap berbagai rangsangan dan luar tubuh, seperti
sentuhan, cahaya, dan keberadaan makanan.
d. Hewan Bersel Satu
Hewan bersel
satu (Protozoa), misalnya Amoeba sp. dan Paramaeciurn
sp., tidak memiliki sistem saraf. Akan tetapi, hewan tersebut
memiliki kemampuan untuk menerima dan mereaksi rangsang. Ingat, salah satu
cirimakhluk hidup adalah iritabilitas.
Apabila
Amoeba sp. mendapat rangsangan cahaya yang kuat, ia akan bergerak menjauh.
Sebaliknya, apabila mendapat rangsangan cahaya yang lembut ia akan bergerak
mendekat. Paramaecium sp. sebagai hewan berambut getar memiliki serabut-serabut
saraf yang berakhir pada tumpukan rambut getar (silia). Serabut
saraf tersebut berfungsi sebagai pengatur gerakan silia. Ubur-ubur Hydra sp.,
dan hewan berselsatu belum memilikisistem saraf khusus.
2.3 Sel saraf yang terdapat dalam
tubuh
Sistem saraf
terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk
suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun
dari badan sel, dendrit, dan akson.
a. Badan sel
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson
Berdasarkan
struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu sel saraf
sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
a.
Sel saraf sensori
Fungsi
sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,
yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari
saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet)
b. Sel
saraf motor
c. Sel
saraf intermediet
Kelompok-kelompok
serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk
urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul
saraf.
Berdasarkan
jumlah ulurannya/strukturnya, dibedakan menjadi:
1.
Neuron unipolar, memiliki satu prosesus tunggal.
Terdapat pada embrio dan dalam fotoreseptor mata.
2.
Neuron bipolar, mempunyai dua uluran yaitu akson dan
dendrit. Badan selnya berbentuk lonjong dan ulurannya timbul dari dua ujung
badan sel. Neuron macam ini terdapat pada retina (mata), koklea (telinga), dan
epitel olfaktori (hidung).
3.
Neuron multipolar, mempunyai satu dan beberapa
dendrit. Penyebaran meuron multipolar ini paling banyak terdapat di dalam tubuh
dibandingkan dengan neuron unipolar atau bipolar. Neuron motorik yang keluar
dari sum-sum tulang belakang semuanya adalah neuron multipolar.
2.4 Pengertian Implus Saraf
Impuls saraf atau rangsang saraf adalah
pesan saraf yang dialirkan sepanjang akson dalam bentuk gelombang listrik. Bila
sebuah saraf tidak menghantarkan impuls, maka serabut saraf tersebut dalam
keadaan istirahat. Salah
satu sifat neuron yaitu permukaan luarnya bermuatan positif, sedangkan bagian
dalamnya bermuatan negatif. Bila neuron mendapat rangsangan, maka akan terjadi
perubahan muatan pada kedua permukaannya, yaitu permukaan luar bermuatan
negatif sedangkan bagian dalamnya bermuatan positif, keadaan ini disebut
depolarisasi. Contoh rangsang adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan dari dingin
menjadi panas.
b.
Perubahan dari tidak
ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c.
Berbagai macam aroma
yang tercium oleh hidung
d.
Suatu benda yang
menarik perhatian.
e.
Suara bising.
f.
Rasa asam, manis, asin
dan pahit pada makanan.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan
disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada
efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut:
Contoh
gerak refleks adalah sebagai berikut.
(1)
Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
(2)
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke
mata.
(3)
Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
(4)
Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
(5)
Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi
2.5 Mekanisme dari implus
saraf
Impuls dapat dikatakan sebagai ”aliran
listrik” yang merambat pada serabut saraf. Jika sebuah serabut saraf tidak
menghantarkan impuls, dikatakan bahwa serabut saraf tersebut dalam keadaan
istirahat. Impuls dapat dihantarkan melalui sel saraf dan sinapsis.
a. Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat
mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat sel saraf istirahat,
sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira –60 mV, sedangkan di sebelah
luar serabut saraf bermuatan positif. Keadaan muatan listrik tersebut diberi
nama potensial istirahat, sedangkan membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi.
Jika sebuah impuls merambat melalui sebuah akson, dalam waktu singkat
muatan di sebelah dalam menjadi positif, kira-kira +60 mV, dan muatan di
sebelah luar menjadi negatif. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat
bersamaan dengan impuls disebut potensial kerja. Pada saat ini terjadi
depolarisasi pada selaput membran akson. Proses depolarisasi merambat sepanjang
serabut saraf bersamaan dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di
sebelah luar membran merambat sepanjang serabut saraf.
Apabila
impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tidak dapat dilalui oleh
impuls karena terjadi perubahan dari potensial kerja menjadi potensial
istirahat. Agar dapat berfungsi kembali, diperlukan waktu kira-kira 1/500
sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan.
Kecepatan
merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter per detik
sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira hanya 0,5 meter per
detik. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf, yaitu
selaput myelin dan diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang bermyelin,
depolarisasi hanya terjadi pada nodus ranvier sehingga terjadi lompatan
potensial kerja, akibatnya implus saraf lebih cepat merambat. Semakin besar
diameter serabut saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya.
b. Impuls Melalui Sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara
ujung neurit dari suatu neruron dengan ujung dendrit dari neuron lainnya.
Setiap ujung neurit membengkak membentuk bonggol yang disebut bonggol
sinapsis. Pada bonggol sinapsis tersebut terdapat mitokondria dan
gelembung-gelembung sinapsis. Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat
kimia neurotransmitter yang berperan penting dalam merambatkan impuls
saraf ke sel saraf lain. Ada berbagai macam neurotransmitter, antara
lain asetilkolin yang terdapat pada sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalin
yang terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin
yang terdapat di otak.
Antara
ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutnya terdapat celah
sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan membran
postsinapsis dari sel saraf berikutnya atau membran efektor. Apabila
impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis
akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isinya, yaitu neurotransmitter,
ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh neurotransmitter ini. Neurotransmitter
menyeberang celah sinapsis menuju membran postsinapsis. Zat kimia neurotransmitter
mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada membran postsinapsis dan
terjadilah potensial kerja. Ini berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf
berikutnya. Dengan demikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan
cara perpindahan zat-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sal saraf
berikutnya dengan cara rambatan potensial kerja.
Apabila
neurotransmitter sudah melaksanakan tugas, neurotransmitter
akan diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinapsis, Misalnya,
apabila neurotransmitter berupa asetikolin maka enzim yang
menguraikannya adalah enzim asetilkolinesterase.
Neurotransmiter
Gerak sadar
atau gerak biasa adalah gerak yang
terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini
disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Gerak refleks
adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan
gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak. Bagannya sebagai berikut.
Fungsi kemampuan gerak reflek
sebenarnya adalah untuk perlindungan diri. Agar memungkinkan hal tersebut maka
respon sebagai jawaban atas rangsang harus dipercepat dengan mem-bypass
proses pengolahan respon di otak. Itu sebabnya gerak refleks tidak pernah
memerlukan pengolahan jawaban di otak, karena memerlukan kecepatan untuk tujuan
proteksi.
Alur
impuls saraf adalah:
1.
Saraf dalam keadaan istirahat (tidak
menghantarkan impuls), serabut saraf dalam keadaan polarisasi yaitu permukaan
membran luar bermuatan positif, sedangkan membran dalam bermuatan negatif.
2.
Saraf dirangsang disuatu tempat tertentu
sehingga terjadi depolarisasi, yaitu permukaan luar bermuatan negatif, sedang
permukaan dalam bermuatn positif.
3.
Antara daerah yang mengalami depolarisasi
dengan daerah yang mengalami polarisasi timbul aliran listrik. Aliran listrik
ini disebut arus lokal. Adanya arus lokal menyebabkan depolarisasi didaerah
sebelahnya, kemudian diikuti arus lokal dan depolarisasi didaerah sebelahnya
demikian seterusnya.
4.
Depolarisasi akan menjalar disepanjang
serabut saraf, hal ini yang disebut impuls saraf.
2.6 Pengertian dan fungsi dari sinapsis
Sinapsis
adalah sebuah celah diantara ujung akson suatu neuron dengan ujung dendrit
neuron yang lain. Dengan
cara inilah antar neuron bersambungan satu sama lain.
Pada sinapsis ini terdapat cairan penerus rangsang impuls yang disebut asetilkolin. Asetilkolin dihasilkan oleh ujung akson apabila ada impuls yang datang. Asetilkolin ini berfungsi menghantar impuls yang datang sedemikian rupa sehingga impuls bisa menyeberangi celah sinapsis tersebut, sehingga impuls bisa sampai ke dendrit neuron berikutnya untuk diteruskan ke tujuan. Setelah impuls menyeberangi sinapsis, asetilkolin akan dihapus oleh kolinesterase.
Pada sinapsis ini terdapat cairan penerus rangsang impuls yang disebut asetilkolin. Asetilkolin dihasilkan oleh ujung akson apabila ada impuls yang datang. Asetilkolin ini berfungsi menghantar impuls yang datang sedemikian rupa sehingga impuls bisa menyeberangi celah sinapsis tersebut, sehingga impuls bisa sampai ke dendrit neuron berikutnya untuk diteruskan ke tujuan. Setelah impuls menyeberangi sinapsis, asetilkolin akan dihapus oleh kolinesterase.
Fungsi sinapsis yaitu untuk menyediakan
koneksi antara neuron yang memungkinkan informasi sensorik mengalir di antara
mereka. Informasi sensorik bergerak melalui proyeksi khusus neuron hingga
mencapai sinapsis, yang bertindak seperti terminal persimpangan. Ini fungsi
sinapsis untuk memungkinkan impuls sensorik untuk melakukan perjalanan dalam
satu arah, membagi impuls antara beberapa neuron, atau menggabungkan impuls ke
neuron tunggal. Ada tiga jenis sinapsis: sinapsis axodentritic, yang
ditemukan pada dendrit, sinapsis axosomatic, yang ditemukan pada sel
tubuh, dan sinapsis axoaxonic, yang ditemukan pada akson. Pada saat impuls melintasi sinaps, impuls dapat terus
diteruskan atau dihambat. Sinapsis terdapat di tempat-tempat sebagai berikut:
1.
Antara akson dari neuron yang satu dengan badan sel
dari neuron lain. Sinaps macam ini disebut sinaps aksosomatik.
2.
Antara akson dari neuron yang satu dengan dendrit dari
neuron lain. Sinaps ini disebut sinaps aksodendrit .
3.
Antara ujung akson dari neuron yang satu dengan akson
neuron lain. Sinaps macam ini disebut aksoakson.
2.7
Jenis dan Peran Neuron sinapsis
Neuron sinapsis dapat berupa listrik atau kimia dan struktur yang memungkinkan neuron
dalam tubuh untuk berkomunikasi satu sama lain dan, pada dasarnya, ke area lain
dari tubuh. Sinyal antara neuron presinaptik dan postsinaptik berlangsung
melalui neuron sinapsis, dan komunikasi antara kedua terjadi sebagai akibat
dari potensial aksi. Komunikasi dapat terjadi karena adanya hubungan antara
tombol terminal satu neuron ke neuron lain baik atau ke membran sel saraf,
seperti sel kelenjar atau sel otot. Sebuah potensial aksi terjadi ketika ada
distribusi yang tidak teratur bermuatan positif dan negatif ion dalam akson.
Ion tertentu dapat masuk dan keluar akson melalui saluran ion. Ini adalah
ketika sejumlah saluran ion terdekat sel tubuh, atau soma, neuron dibuka
sehingga itu disebabkan potensial aksi.
Pembukaan
saluran tersebut memungkinkan ion natrium bermuatan positif untuk memasuki
akson, membalikkan potensial pada posisi itu. Hal ini menyebabkan saluran
tetangga untuk membuka, lebih lanjut menciptakan pembalikan potensial membran
pada saat itu. Ini singkat elektrokimia terjadinya dilakukan menuruni akson
dari neuron ke tombol terminal dan ditularkan melalui sinapsis neuron. Neuron yang
mengirimkan pesan disebut neuron
presinaptik. Ketika potensial aksi mencapai tombol terminal neuron
presinaptik, zat pemancar dilepaskan ke celah sinaptik, celah yang diisi dengan
cairan. Ini neuron postsinaptik, atau neuron yang menerima pesan tersebut,
mampu melakukannya karena molekul protein khusus yang terletak di membran.
Protein ini merespon substansi transmitter yang dilepaskan ke celah sinaptik
dari neuron presinaptik. Sistem sinyal di antara kedua neuron presinaptik dan
postsinaptik dapat terjadi hanya melalui sinapsis neuron, dan meskipun ada baik
sinapsis elektrik dan kimia dikenakan, ada yang kimia lebih signifikan.
Neuron
sinapsis dapat berupa rangsangan atau penghambatan. Istilah “sinapsis rangsang”
mengacu pada saat tombol terminal zat pelepasan neuron ke celah sinaptik yang
merangsang neuron postsinaptik. Sebagai akibat dari hal ini, akson dari neuron
postsinaptik lebih mungkin untuk menembak, mengirimkan sinyal elektrokimia
untuk neuron atau sel saraf yang berbeda. Semakin aktif sinapsis rangsang, akan
semakin cepat akson menjalankan. Sinapsis hambat memiliki efek sebaliknya. Mereka
membuat akson sinapsis postsinaptik mungkin untuk menembak. Semakin aktif
sinaps penghambatan, akan semakin lambat menjalankan.
2.8
Pengertian dari
Neurotransmitter dan macam-macam Neurontransmitter beserta Fungsinya
Neurotransmiter
merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. Zat-zat
kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron
menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan
transmiter tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin,
acetilkolin, dopamin, serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan
lain-lain. Macam-macam
neurontrasmitter dan fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Asetilkolin
Asetilkolin
merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari koenzim
asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung
melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah
kembali asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan
dengan retikulum proteoglikan dan mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung
mengalami daur ulang dan kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung
sinap untuk digunakan kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.
2. Norepinefrin, epinephrine,
dan dopamine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines. Hidroksilasi
tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis
cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh
katekol (umpan balik negatif oleh hasil akhirnya).
a.
Dopamin
Merupakan
neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi proses otak
yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan
kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan
keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan
seperti kasus pada penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan
aliran dopamine dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir
rasionil, ditunjukkan dalam skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak
bagian limbic sistem akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan
untuk mempunyai kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang
mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah
prefrontal dapat mengurangi salah satu dari memori.
b. Norephineprin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang
badan sel/somanya terletak pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas
neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam
pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan
membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan
kewaspadaan. Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi
reseptor aksitasi, namun pada yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi.
Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post
ganglion sistem saraf simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ
tetapi menghambat organ yang lain.
3. Glutamate
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat, jumlahnya kira-kira separuh
dari semua neurons di otak. Sangat
penting dalam hal memori. Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak.
Terkadang kerusakan otak atau stroke akan mengakibatkan produksi glutamat
berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri dengan banyak sel-sel otak
mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai penyakit Lou
Gehrig’s, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin juga
cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari
cara untuk meminimalisir efek.
4. Serotonin
Serotonin
(5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitter monoamino
yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat
(CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan. Pada system saraf pusat
serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter yang berperan pada
proses marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality,
selera makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang luas
pada otak dan variasi genetic pada reseptor serotonin dan transporter
serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika
terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist. Obat-obatan yang
mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya digunakan sebagai terapi
pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga merupakan salah satu
dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.
Pada beberapa studi yang telah dilakukan
dapat dibuktikan bahwa pada beberapa orang dengan gangguan cemas memiliki
serotonin transporter yang tidak normal dan efek dari perubahan ini adalah
adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang normal.Dari
peneltian terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan
asetilkolin dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter yang
dilepaskan pada ujung-ujung saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan
mensekresi serotonin yang membantu dalam pengaturan tidur normal. Serotonin
juga merupakan salah satu dari beberapa bahan aktif yang akan mengaktifkan
proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal
sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki
kendali pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system
analgesic, dan peristaltic usus halus.
5. GABA
γ-Aminobutyric
acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi
utama pada sistem saraf pusat. GABA
berperan penting dalam mengatur exitability neuron melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung pada
pengaturan tonus otot. GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis
oleh glutamate decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf.
Aktivitas GAD membutuhkan pyridoxal
phosphate (PLP) sebagai
kofaktor. PLP dibentuk dari vitamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, and
pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxal kinase. Pyridoxal kinase sendiri
membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan pyridoxal kinase atau zinc dapat
menyebabkan kejang, seperti pada pasien preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam
dua jenis: GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA membuka
saluran florida dan diantagonis oleh pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya
dapat mnimbulkan konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara selektif dapat
diaktifkan oleh obat anti spastik baklofen, tergabung dalam saluran kalium
dalam membran pascasinaps. Pada sebagian besar daerah otak IPSP terdiri atas
komponen lambat dan cepat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa GABA adalah transmiter
penghambat yang memperantarai kedua componen tersebut. IPSP cepat dihambat oleh
antagonis GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh antagonis GABAB.
Penelitian imunohistokimia menunjukkan bahwa sebagian besar dari saraf sirkuit
local mensintesis GABA. Satu kelompok khusus saraf dari sirkuit local terdapat
di tanduk dorsal sumsum tulang belakang juga menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini
membentuk sinaps aksoaksonik dengan terminal saraf sensoris primer dan bekerja
untuk inhibisi presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada
otak melalui pengikatan terhadap reseptor spesifik transmembran dalammembran
plasma pada proses pre dan post sinaps. Pengikatan ini menyebabkan terbukanya
saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan negatif masuk kedalam sel dan
ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya terjadi perubahan
potensial transmembran, yang biasanya menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptor
GABAA merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion itu
sendiri, sedangkan Reseptor GABAB merupakan reseptor metabotropik
yang membuka saluran ion melalui perantara G protein (G protein-coupled reseptor).Neuron-neuron yang menghasilkanyang
menghasilkan GABA disebut neuron GABAergic. Sel medium spiny merupakan
salahsatu contoh sel GABAergic.
6. Glisin
Glisin (Gly, G) atau asam
aminoetanoat adalah asam amino alami paling sederhana. Rumus kimianya NH2CH2COOH.
Glisin merupakan asam amino terkecil dari 20 asam amino yang umum ditemukan
dalam protein. Kodonnya adalah GGU, GGC, GGA dan GGG.
Glisin merupakan
satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena gugus residu yang terikat pada atom
karbon
alpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.
Glisin merupakan asam amino yang mudah
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi karena strukturnya sederhana. Sebagai
contoh, glisin adalah satu-satunya asam amino internal pada heliks kolagen,
suatu protein
struktural. Pada sejumlah protein penting tertentu, misalnya sitokrom
c, mioglobin,
dan hemoglobin, glisin selalu berada
pada posisi yang sama sepanjang evolusi
(terkonservasi). Penggantian glisin dengan asam
amino lain akan merusak struktur dan membuat protein tidak berfungsi dengan
normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung glisina. Perkecualian ialah
pada kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya adalah glisin.
Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem
saraf pusat, terutama pada medula spinalis, brainstem, dan retina. Jika
reseptor glisin teraktivasi, korida memasuki neuron melalui reseptor inotropik,
menyebabkan terjadinya potensial inhibisi post sinaps (Inhibitory
postsynaptic potential /
IPSP). Strychnine merupakan antagonis
reseptor glisin yang kuat, sedangkan bicuculline merupakan
antagonis reseptor glisin yang lemah. Glisin merupakan reseptor agonis bagi
glutamat reseptor NMDA.
7. Aspartat
Asam aspartat (Asp)
adalah α-asam
amino dengan
rumus kimia HO2CCH(NH2)CH2CO2H.
Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di
dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun
protein.
Asam
aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa dari 4.0. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai pembangkit
neurotransmisi di otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya
tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini juga merupakan produk dari daur
urea dan
terlibat dalam glukoneogenesis.
Aspartat (basa
konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat eksitasi
terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang reseptor NMDA
(N-metil-D-Aspartat), meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap
reseptor tersebut. Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan. Tetapi,bukti-bukti
yang mendukung gagasan ini kurang kuat.
8.
Epinefrin
Epinefrin
merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka pendek.
Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun
berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh
saat terjadu ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan
glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut
jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada
gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah
dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan
saat bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki
banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam mengatur
konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal,
mengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia,
vasodilatasi, vasokonstriksi, dll.
9.
Asetilkolin
Asetilkolin disekresi oleh neuron-neuron yang terdapat di sebagian besar daerah otak,
namun khususnya oleh sel-sel piramid besar korteks motorik, oleh beberapa
neuron dalam ganglia basalis, neuron motorik yang menginervasi otot rangka,
neuron preganglion sistem saraf otonom,, neuron postganglion sistem saraf
simpatik,. Pada sebagian besar contoh di atas asetilkolin memiliki efek
eksitasi, namun asetilkolin juga telah diketahui memilik efek inhibisi pada
beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh
nervus vagus.
10.
Nitrat Oksida (NO)
NO adalah
substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama timbul di daerah
otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk
ingatan. Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat menolong kita untuk
menjelaskan mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan. Oksida nitrat berbeda
dengan transmitter molekul lainnya dalam hal mekanisme pembentukan di ujung
presinap dan kerjanya di neuron post sinap. Zat ini tidak dibentuk sebelumnya
dan disimpan dalam gelembung ujung presinap seperti transmitter lain. Zat ini
disintesis hampir segera saat diperlukan dan kemudian berdifusi keluar dari
ujung presinap dalam waktu beberapa detik dan tidak dilepaskan dalam paket
gelembung-gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke dalam neuron post sinap
yang paling dekat, selanjutnya di neuron postsinap, zat ini tidak mempengaruhi
membran potensial menjadi lebih besar, tetapi sebaliknya mengubah fungsi
metabolik intraseluler yang kemudian mempengaruhi eksitabilitas neuron dalam
beberapa detik, menit, atau barangkali lebih lama.
11.
Neropeptida
Neuropeptida
merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya bekerja lambat
dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter
molekul kecil. Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi
sebagai neurotransmitter. Daftar peptida ini semakin panjang dengan
ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai
neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan
secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam
fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal.
Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian
hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para
ahli meyangka bahwa peptida dihasikan dalam kelenjar hormon dan masuk ke dalam jaringan
otak, namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi
sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan
saraf.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem
saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel
saraf atau neuron. Sistem
saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan
Dalam
kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai antara reseptor
dan efektor. Reseptor adalah ujung-ujung saraf penerima rangsangan. Reseptor
terdapat pada alat indera. Efektor adalah sel saraf yang mengirimkan tanggapan
atas rangsang. Rangsangan (impuls) menyebabkan terjadinya perubahan
dalam tubuh atau bagian tubuh. Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh. Indra
penerimanya disebut reseptor luar ekteroreseptor). Rangsangan dari dalam tubuh
sendiri dapat berupa rasa lapar. Indra penerimanya disebut reseptor dalam
(interoreseptor).
Pada tingkat
yang paling sederhana, organisasi sistem saraf hanya tersusun atas sebuah
neuron dengan dendrit dan akson.Meskipun masih sangat sederhana, dengan susunan
sistem saraf yang demikian ternyata hewan mampu menanggapi berbagai perubahan
di lingkungannya.
3.2 Saran
Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya. Diharapkan pula pembaca dan ibu bapak dosen dapat
menambah wawasan dari berbagai sumber lain terkait dengan materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sistem Saraf Pusat
Sebagai Pengendali . dari : http://www.natureisalam.blogspot.com/2012/08/sistem-saraf-pusat-sebagai-pengendali.html ( diakses 19 Februari 2015 )
Anonim. Pengendalian gerak melalui
system saraf . dari : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengendalian
gerak melalui sistem saraf&source ( diakses 19 Februari 2015 )
Anonim. Pengertian Dari Neurotransmitter pada hewan. Dari
: https://www.google.com/search?q=2.8%09Pengertian+Dan+Fungsi+Dari+Neurotransmitter&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&gws_rd=ssl#rls=org.mozilla:id:official&q=Pengertian+Dari+Neurotransmitter+pada+hewan. ( diakses 19 Februari 2015 )
Anonim. Apa
fungsi sinapsis. Dari : http://www.sridianti.com/apa-fungsi-sinapsis.html
( diakses 19 Februari
2015 )
Anonim.
Pengertian neuron sinapsis. Dari : https://www.google.com/search?q=Pengertian+neuron+sinapsis&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&gws_rd=ssl.
( diakses 19 Februari
2015 )
Anonim. System saraf sebagai pusat
pengendali. Dari : http://www. sistem-saraf-pusat-sebagai-pengendali.html. (
diakses 19 Februari 2015 )
Isnaeni,
Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Kimball,
John.W.1996.BIOLOGI.Jakarta: Erlangga
Pearce,
Evelyn C. 1985. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia
Rosyidi, Alvi. 1996. Anatomi – Fisiologi dan
Gizi Manusia. Surakarta: UNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar